Indonesia, sebagai negara maritim dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki beberapa masjid yang dibangun dengan konsep terapung atau di atas permukaan air. Yayasan Masjid Nusantara (YMN) menggandeng PT Garuda Nusa Engineering (GNE) untuk membangun masjid terapung pertama di Kampung Buttue, Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Masjid tersebut diberi nama Masjid Taman Surga Buttue dan telah diresmikan pada bulan Juni 2021. Pembangunannya sangat penting bagi masyarakat Kampung Buttue karena sebelumnya mereka tidak memiliki masjid dan harus menempuh perjalanan yang sulit (naik perahu) untuk beribadah di masjid terdekat. Konsep masjid terapung dipilih karena kondisi geografis kampung nelayan tersebut yang sebagian besar berada di atas air.
Lutfi Maknun Maulana selaku arsitek PT GNE menjelaskan bahwa dalam proses pembangunan Masjid Terapung Taman Surga Buttue memiliki kondisi lapangan yang cukup menantang karena pembangunan dilakukan di atas permukaan air. Pada saat peletakan batu pertama, karena bukan dibangun di atas daratan, maka secara simbolis dilakukan dengan penyerahan kubah yang menandakan pembangunan akan dimulai. Dengan kondisi alam di Buttue, Lutfi membagun masjid yang secara fleksibel mengikuti elevasi area muara. Proses pembangunan pondasi apung dilakukan di dermaga Lembang dengan mendatangkan tim khusus dari Bandung untuk membuat struktur apung masjid ukuran 11×11 meter, dibutuhkan sebanyak 80 unit tong. Terdapat kesulitan saat akan memindahkan pondasi apung tersebut, namun dengan bantuan warga, dengan kekuatan 200 orang, pondasi apung berhasil dipidahkan dari dermaga ke perairan dan ditarik menggunakan perahu ke lokasi pembangunan, setelah itu dilanjutkan membangun konstruksi dinding, lantai, dan atap.
Saat peresmian daya tampung masjid kurang lebih sampai 200 orang. Masjid ini bukan hanya sebagai tempat ibadah warga kampung Buttue, namun juga menjadi ikon wisata religi dan daya tarik bagi para pendatang. Dampak dari pembangunan masjid ini sangat besar, sebelumnya kampung ini tidak memiliki akses listrik, karena Masjid Terapung Buttue sempat viral, saat proses pembangunannya melibatkan ratusan warga, akhirnya dengan korelasi pemerintah kampung Buttue bisa mendapatkan aliran listrik PLN.
Lutfi menambahkan bahwa membangun masjid terapung di Indonesia bisa menjadi warisan arsitektur nusantara, bukan sekadar tren, tapi juga merupakan respons terhadap berbagai kondisi geografis, sosial, dan budaya yang unik di negara ini.
1. Kondisi Geografis dan Kebutuhan Masyarakat Pesisir
Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Banyak komunitas Muslim tinggal di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, atau di daerah yang sering tergenang air pasang.
- Aksesibilitas: Di beberapa lokasi, seperti Kampung Buttue di Pangkep, membangun masjid di daratan kering bisa jadi sulit atau bahkan tidak mungkin. Masjid terapung menjadi solusi praktis untuk menyediakan tempat ibadah yang mudah diakses oleh nelayan dan penduduk pesisir.
- Keterbatasan Lahan: Di kota-kota pesisir yang padat, lahan darat seringkali sangat mahal atau terbatas. Membangun di atas air menjadi alternatif untuk mengakomodasi kebutuhan ruang ibadah yang semakin meningkat.
- Mitigasi Banjir: Di daerah rawan banjir rob (pasang air laut), struktur terapung atau yang dibangun di atas tiang pancang tinggi dapat lebih tahan terhadap genangan air, memastikan masjid tetap bisa digunakan.
2. Daya Tarik Wisata Religi dan Ikon Kota
Masjid terapung memiliki daya tarik visual yang kuat. Keunikan arsitekturnya yang mengapung di atas air seringkali menjadikannya ikon baru bagi sebuah kota atau daerah.
- Peningkatan Pariwisata: Masjid terapung menarik pengunjung dari berbagai daerah. Ini tidak hanya meningkatkan citra kota, tapi juga bisa berkontribusi pada ekonomi lokal.
- Simbol Modernitas dan Kemajuan: Desain modern dan inovatif dari masjid terapung seringkali merepresentasikan kemajuan dan kemampuan suatu daerah dalam mengadaptasi teknologi dan arsitektur kontemporer.
3. Simbolisme dan Filosofi
Konsep masjid terapung juga mengandung makna simbolis yang mendalam:
- Harmoni dengan Alam: Keberadaan masjid yang menyatu dengan perairan dapat melambangkan hubungan harmonis antara manusia, agama, dan alam. Ini juga bisa menjadi pengingat akan pentingnya menjaga lingkungan maritim.
- Ketabahan dan Harapan: Masjid terapung yang berada di atas air menyimbolkan ketabahan dan kekuatan iman.
4. Inovasi Arsitektur dan Pemanfaatan Teknologi
Pembangunan masjid terapung mendorong inovasi dalam bidang arsitektur dan teknik sipil. Para arsitek dan insinyur harus menemukan solusi kreatif untuk membangun struktur yang kokoh dan aman di atas air, memanfaatkan teknologi konstruksi terbaru.
Pembangunan masjid terapung di Indonesia adalah perpaduan antara kebutuhan fungsional, adaptasi terhadap lingkungan, dan aspirasi untuk menciptakan simbol keagamaan yang ikonik dan bermakna.